SBY: Lima Sektor Usaha Prospektif

 

 
Currency Rate
USD
: 9,090.0
EUR
: 11,647
JPY
: 79.105
GBP
: 17,165

Daily news

Home ITPP
February 21 - 2007 Suara Merdeka; RAKERNAS HIPMI
RAKERNAS HIPMI: Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memukul gong menandai dibukanya Rakernas XIII Hipmi di Patra Convention Hotel semalam. Presiden didampingi (dari sebelah kiri) Ketua Panitia Rakernas Kukrit SW, Ketua BPP Hipmi Sandiaga S Uno, Gubernur Mardiyanto, dan Menko Perekonomian Boediono.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memukul gong menandai dibukanya Rakernas XIII Hipmi di Patra Convention Hotel semalam. Presiden didampingi (dari sebelah kiri) Ketua Panitia Rakernas Kukrit SW, Ketua BPP Hipmi Sandiaga S Uno, Gubernur Mardiyanto, dan Menko Perekonomian Boediono.

SEMARANG- Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mendorong perkembangan lima sektor usaha yang dinilai paling prospektif beberapa tahun ke depan. Kelima sektor itu yakni, usaha yang terkait dengan pangan, energi, transportasi, rumah tinggal, dan infrastruktur. Untuk itu, pemerintah telah membatalkan 750 peraturan daerah (perda) yang dinilai merugikan daerah. ''Pemerintah pusat akan mencegah perda-perda yang tidak tepat karena hanya akan merugikan daerah. Saya sudah membatalkan 750 perda karena bertentangan dengan Undang-undang (UU) dan peraturan pemerintah (PP). Ini peluang yang bisa dimanfaatkan pengusaha. Karena itu, jangan sampai menunggu kesempatan, ada cabang-cabang bisnis yang bisa dipertimbangkan,'' kata Presiden saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) di Patra Covention Hotel, semalam. Dicontohkan, peluang bisnis yang terkait dengan pangan sangat berpotensi. Saat ini, terang dia, pemerintah terus meningkatkan daya beli masyarakat melalui kenaikan gaji PNS dan TNI/Polri, perbaikan upah buruh, dan memberikan fasilitas gratis untuk warga tak mampu. Dengan jumlah penduduk 220 juta, peluang untuk menggarap sektor pangan tentu saja sangat luas.

''Misalnya, potensi yang saya kunjungi di Boyolali hari ini (kemarin-Red). Ada budi daya lele, dendeng, abon, dan pengolahan beragam makanan,'' jelas dia. Dua sektor lain yang dinilai menjanjikan adalah bisnis energi dan transportasi. Potensi energi misalnya, minyak gas, pertambangan, bio fuel, dan solo energi. Untuk mendorong pertumbuhannya, pemerintah akan memberikan alokasi dana ke sektor tersebut. Dengan sumber lain itu, dia berharap pembangkit listrik tidak hanya bersumber dari PLN dengan demikian mampu mendorong pertumbuhan di desa-desa tertinggal. ''Di bidang transportasi bisa tanya Pak Menteri Perhubungan yang sekarang hadir (Hatta Radjasa-Red). Bisnis ini bisa berkembang karena jumlah penumpangnya tiap tahun naik luar biasa, baik darat, laut, ataupun udara,'' tandasnya.

Tingginya populasi di Indonesia, lanjut dia, tak pelak juga akan mendorong tumbuhnya perumahan, di samping infrastruktur. Bisnis tempat tinggal, khususnya rumah susun (rusun), diprediksikan akan berimbas dengan munculnya industri pendukung, seperti genting dan semen. Lebih jauh SBY menjelaskan, selama dua tahun terakhir pemerintah telah berusaha menghilangkan hambatan-hambatan dalam dunia usaha agar iklim investasi makin membaik. Beberapa langkah itu antara membuka akses perbankan yang lebih mudah dengan menurunkan suku bunga dan dengan menekan angka inflasi. Angka inflasi sekarang 6,6 persen sudah bagus dan kalau perlu diturunkan lagi.

Perpajakan juga harus lebih bersahabat dengan dunia usaha dengan tetap memperhatikan keadilan. Menurutnya, pemerintah telah memberikan insentif pajak dengan mengeluarkan peraturan pemerintah tentang perpajakan. Mengenai berbelitnya perizinan, SBY juga bertekad jangka waktu perizinan di bawah 50 hari sudah selesai.